BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan sumber daya alam yang semakin lama semakin
langka. Karena kehadirannya mutlak diperlukan untuk menopang kelangsungan hidup
makhluk di muka bumi ini. Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tumbuhan yang dapat
memenuhi kebutuhan makhluk lainnya, seperti manusia dan hewan. Tanah juga
sebagai media tempat tinggal makhluk hidup hewan dan manusia.
Kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan tanah begitu
pula sebaliknya. Banyak kita jumpai di sekitar kita adanya tanah-tanah yang
sudah tidak produktif lagi akibat ulah manusia sendiri. Sebagai contoh, yaitu
adanya lahan kritis. Oleh karena itu, manusia berusaha menjaga kesuburan dan
kelestarian tanah, maka mulailah manusia mengadakan penelitian tentang tanah, lalu
lahirlah ilmu tanah.
Manusia tergantung pada tanah dan sampai batas-batas
tertentu tanah yang baik tergantung pada manusia dan pengelolaannya. Tanah
adalah tubuh alam di mana tumbuhan dapat hidup. Para ilmuwan menganggap bahwa
tanah merupakan suatu tubuh alam yang mempunyai arti kedalaman dan daerah
permukaan. Mereka memandang tanah juga sebagai
hasil alam oleh gaya destruktif dan gaya sintetik. Pelapukan dan perapuhan
mikrobia sisa organik merupakan contoh proses destruktif, sedangkan pembentukan
mineral baru , seperti lempung tertentu dan perkembangan corak lapisan yang
khas merupakan proses sintetik. Tanah juga sebagai tempat hidup bagi
tumbuh-tumbuhan.
Tanah secara umum dapat diartikan sebagai komponen lahan
berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan
organik, mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, serta mempunyai kemampuan
menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini semakin
memperkuat bahwa tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses kehidupan.
Seperti yang kita ketahui bahwa tanah dapat dipandang
sebagai hasil pelapukan biokimia alam, dan sebagai tempat dimana tumbuhan dapat
hidup. Pengertian ini menggambarkan dua cara pendekatan dalam mempelajari
tanah. Fase-fase tertentu seperti asal tanah, klasifikasi tanah, uraian tanah
masuk dalam lingkungan pedologi.
Pedologi menganggap tanah sebagai tanah alam semata-mata dan sedikit
dihubungkan langsung dengan palaksanaan kegunaannya. Cara pendekatan yang kedua
yaitu edapologi. Edapologi adalah ilmu yang mempelajari tanah dari
sudut tumbuhan tingkat tinggi, yang mempelajari berbagai sifat tanah yang
bertalian dengan produksi tanaman.
Dengan bertambah majunya peradaban manusia dan
perkembangan pertanian yang juga disertai perkembangan penduduk yang sangat
pesat maka memaksa manusia untuk menghadapi
masalah-masalah tentang tanah, terutama pada bidang pertanian
sebagai mata pencaharian, misalnya
adalah dengan semakin
banyaknya tanah kritis yang dulunya subur. Oleh karena itu penting bagi kita
untuk mempelajari tanah dan seluk-beluknya baik dari segi sifat fisiknya maupun
sifat kimianya dan juga mengenai deskripsi lingkungan dan lahan tersebut.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum Ilmu Tanah ini bertujuan untuk :
1.
Mengenal dan mengetahui morfologi lahan
2.
Mengenal dan mengetahui morfologi tanah
3.
Mengenal dan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah
4.
Mengidentifikasi
kondisi lingkungan sekitar sebagai faktor pembentukan tanah (bahan induk,
topografi, iklim, makhluk hidup dan waktu)
5.
Mengidentifikasi
profil tanah
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Ilmu Tanah dilaksanakan
di empat lokasi yang berbeda, yaitu lokasi pertama adalah Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar yang dilaksanakan pada hari Sabtu,
12 November 2011 pukul 12.30 –
15.00 WIB. Lokasi kedua yaitu Desa Jatikuwung, Karanganyar pada hari Minggu, 13 November 2011 pukul 10.30 – 12.30 WIB. Lokasi ketiga adalah Kampus Fakultas Pertanian UNS Kentingan,
Kecamatan Jebres, Surakarta yang
dilaksanakan pada hari Minggu, 13
November 2011 pukul 13.00 – 15.00WIB.
Lokasi yang keempat adalah di Laboratorium Kimia Tanah fakultas pertanian UNS
pada hari Rabu dan Kamis tanggal 23-24 November pukul 10.30-15.00 dan 13.00-17.30
WIB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencandraan Bentang Lahan
Bentang lahan adalah realita keberadaan muka bumi yang
dicirikan dengan bentuk, perbedaan tinggi, tinggi tempat, kemiringan dan
kondisi permukaannya. Keberadaan bentang lahan ini bisa datar dan rata, bisa
juga datar dengan relief mikro, dan juga datar dengan permukaan yang
berbatu-batu atau datar dengan permukaan yang digenangi oleh air, misaknya dari
beberapa milimeter sampai beberapa desimeter kedalamannya. Dengan demikian
tidak dapat diketahui secara pasti tentang klasifikasinya (Darmawijaya, 1997).
Tugas survey tanah
adalah menginterpretasi kemampuan atau kesesuaian masing-masing satuan peta
tanah tersebut untuk berbagai jenis penggunaan lahan. Dalam hal ini
interpretasi tidak hanya didasarkan pada sifat-sifat tanah saja, tetapi juga
factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan lahan tersebut seperti
lereng, iklim, bahaya banjir dan erosiserta factor-faktor ekonomi bila
dipelukan (Sarwono hardjowigeno, 2007).
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan,
yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat pengaruh
iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan induk dalam
keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu
(Anonim , 2010).
Perubahan dalam macam penggunaan dan intensitas
pendayagunaan tanah merupakan bagian dari perkembangan. Tinjauan ringkas
tentang beberapa di antara perubahan-perubahan ini akan membantu memperjelas
tekanan masa kini dan mendatang yang kiranya akan meningkat sehubungan dengan
penggunaan tanah masyarakat kita (Henry D.Foth , 1994).
B. Profil Tanah
Interaksi faktor dan proses pedogenesis akan menghasilkan
sifat-sifat tanah yang dicerminkan dalam bentuk horizon dan saling tindak antar
horizon di dalam profil tanah yang tampak setelah dilakukan penggalian secara
vertikal. Istilah sifat tanah digunakan untuk menjembatani beberapa konsep yang
mempunyai persamaan arti, misalnya karakter, karakteristik, kenampakan, dan
laksana. Deskripsi profil dan keadaan lahan diperlukan untuk interpretasi
horizon sebagai proses pedogenesis atau lapisan yang belum mengalami proses
pembentukan tanah, tetapi sebagai hasil proses geologi (Rachman sutanto, 2009).
Proses pembentukan
horizon-horison akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang
vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut profil
tanah. Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas
ke bawah yaitu horizon (O), A, E, B, C, dan R. Sedang horizon yang menyusun
solum tanah adalah hanya horizon A, E,
dan B (Sarwono hardjowigeno, 2007).
Horison pada semua tanah yang berkembang secara genesis
menunjukkan bahwa proses-proses tertentu adalah umum untuk perkembangan tanah
dan oleh sebab itu, setiap macam tanah bukanlah produk seperangkat proses yang
berbeda secara nyata. Pada umumnya semua profil tanah mengandung dua horison
induk atau lebih ( Henry D.Foth, 1994).
Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Tanah
bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain, karena keaneka ragaman ini,
maka tanah dapat dipandang sebagai kumpulan individu-individu tanah. Pementukan
tanah dari bongkahan bum mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancura
dimana bahan induk berkeping-keping secara halus . Tiap tanah berkembang secara
baik dan masih dalam keadaan asli akan mempunyai sifat profil yang khas.
Sifat-sifat ini yang dipakai dalam klasifikasi dan penjarangan tanah yang
sangat besar manfatnya dalam menentukan pendapat tentang tanah dan sifat-sifat
profil. Pengenalan tanah di lapangan
dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil tanah
adalah urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap
sejajar permukaan bumi. Profil tanah dipelajari menggali tanah dengan dinding
lubang vertikal kelapisan yang lebih bawah
(Anonim, 2010).
Dalam bidang pertanian, tanah memiliki arti yang lebih
khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah
berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik dari
organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya.
Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari hujan
yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam
proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik
terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan
demikian tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan
benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari
campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media
tumbuhnya tanaman ( Agustinus, 2007).
C. Sifat Fisika Tanah
Sifat fisik tanah lain yang cukup penting untuk memahami
ciri dan perilaku tanah adalah kerapatan partikel, keapatan lindak,
konsistensi, temperatur, dan warna tanah. Kerapatan partikel tanah bervariasi
tergantung pada kandungan bahan organik. Kerapatan lindak tanah bervariasi
tergantung pada kandungan lengas tanah. Kerapatan lindak tanah tergantung pada
kerapatan partikel dan ruang pori tanah. Tanah lapisan permukaan yang kaya
bahan organik dan gembur mempunyai kerapatan lindak yang lebih rendah daripada
lapisan bawah yang lebih pejal dan kandungan humus rendah (Rachman sutanto,
2009).
Konsistensi tanah
menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir
tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap
gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan,
pembajakan, dan sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah
dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan
konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut
(Sarwono
hardjowigeno, 2007).
Sifat-sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan
pada banyak penggunaan tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan
kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kemudahan ditembus akar, aerasi dan
penyimpanan hara tanamansemuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika
tanah. Tekstur barangkali adalah ciri tanah yang paling penting dan permanen
(Henry D.Foth, 1994).
Degradasi sifat fisik tanah
pada umumnya disebabkan karena memburuknya struktur tanah. Kerusakan struktur
tanah diawali dengan penurunan kestabilan agregat tanah sebagai akibat akibat
dari pukulan air hujan dan kekuatan limpasan permukaan. Penurunan kestabilan
agregat tanah berkaintan dengan penurunan kandungan bahan organik tanah,
aktivitas perakaran dan mikroorganisme tanah. Penurunan ketiga agen pengikat
tanah tersebut, selain menyebabkan agregat tanah relatif mudah pecah juga
menyebabkan terbentuknya kerak di permukaan tanah (soil crusting) yang
mempunyai sifat padat dan keras bila kering. Pada saat hujan turun, kerak yang
terbentuk di permukaan tanah juga menyebabkan penyumbatan pori tanah. Akibat
proses penyumbatan pori tanah ini, porositas tanah, disribusi pori tanah, dan
kemampuan tanah untuk mengalirkan air mengalami penurunan dan limpasan
permukaan akan meningkat. Sehingga upaya perbaikan degradasi sifat fisik tanah
mengarah terhadap perbaikan struktur tersebut (Suprayogo et al., 2001).
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas
sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan)
proses fisika yang terjadi dalam tanah. Pengetahuan mengenai sifat fisika tanah
diperlukan untuk menentukan morfologi serta seberapa besar tingkat perkembangan
lapisan atau horizon dari tanah itu. Tekstur
tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi
lempung. Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan rabaan dan gejala
konsistensi. Dimana saat diraba, pasir akan memberikan rasa kasar, debu memberi
rasa licin, dan lempung memberi rasa lengket. Lapisan I bertekstur lempung
debuan (Silty Clay) yang dicirikan rasa agak licin, membentuk bola, dalam
keadaan kering susah dipijit, mudah digulung, serta melekat sekali. Lapisan II
bertekstur lempung (Clay) yang dicirikan rasa berat, membentuk bola sempurna,
bila kering sangat keras, serta sangat melekat.Lapisan III bertekstur lempung
(Clay) yang dicirikan rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat
keras, serta sangat melekat. Lapisan IV bertekstur lempung (Clay) yang
dicirikan rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering sangat keras, serta
sangat melekat ( Anonim, 2010).
D. Sifat Kimia Tanah
Perilaku kimia tanah didefinisikan sebagai keseluruhan
reaksi fisika-kimia yang berlangsung antar-penyusun tanah serta antara penyusun
tanah dan bahan yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk pupuk ataupun
pembenah tanah lainnya . Faktor kecepatan semua bentuk reaksi kimia yang
berlangsung dalam tanah yang diperhitungkan dengan menitsampai luar biasa lama
yang diperhitungkan dengan abad . Pada umumnya reaksi-reaksi yang terjadi di
dalam tanah oleh tindakan faktor lingkungan tertentu
(Rachman sutanto, 2009).
Selain kadar bahan organik yang dapat diindikasikan sebagai
tingkat kesuburan tanah, kadar kapur dalam tanah juga dianalisis sebagai
indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam
tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat
tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan
dengan kegiatan biologi dalam tanah (Sutopo, 2008).
Konsentrasi tanah menunjukkan adanya sekumpulan bahan tanah
baik yang berbentuk tertentu maupun yang tidak beraturan. Biasanya bahan tanah
tersebut mempunyai warna yang kontras dengan warna tanah yang ada di
sekitarnya. Bahan ini merupakan akumulasi bahan-bahan tertentu baik yang baru
terbentuk maupun yang sudah lama terbentuk dan mengeras. Salah satu tingkatan
akumulasi bahan-bahannya adalah konkresi. Konkresi merupakan peristiwa
akumulasi senyawa-senyawa kimia pada tanah yang akhirnya berbentuk butiran atau
partikel tanah. Tingkat konkresi tanah berhubungan dengan kandungan Fe dan Mn
pada tanah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bercak hitam dan merah kekuningan
(Sanchez, 1993).
pH tanah menunjukkan
derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan
OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah
lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila
konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana
tanah menjadi basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
makanan ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak.
PH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak
adalah antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara
penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya
terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak
secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadiaa terhambat (Anonim,
2010 ).
Pemanfaatan lahan hutan untuk pertanian tanaman pangan
sering dibatasi oleh menurunnya secara drastis sifat dan karakteristik tanah
setelah digunakan selama 2 atau 3 tahun. Hilangnya bahan organik di lapisan
atas melalui proses mineralisasi maupun erosi merupakan penyebab utama
menurunnya kesuburan tanah. Untuk mempelajari sifat dan karakteristik tanah
sebagai dasar pemanfaatannya untuk tanaman pertanian telah dilakukan studi pada
tanah bervegetasi hutan dari batuan sedimen masam di Provinsi Riau. Hasil
penelitian menunjukkan bahan induk tanah sangat berpengaruh terhadap susunan
mineralogi, sifat fisik, dan sifat kimia tanahnya. Tanah dari batuan sedimen
masam di daerah penelitian tergolong berpelapukan lanjut dicirikan oleh
dominasi mineral kaolinit dengan cadangan mineral sangat rendah. Sifat kimia
tanah berbahan induk batuliat lebih baik dibandingkan tanah berbahan induk
batupasir seperti diperlihatkan oleh kandungan basa-basa dapat tukar, kapasitas
tukar kation, dan K potensial yang lebih tinggi, akan tetapi dibatasi oleh
kandungan Al yang tinggi. Sifat fisik menunjukkan, tanah rentan terhadap erosi
dan pemadatan. Oleh karena itu pemanfaatan lahan hutan untuk pertanian atau
tanaman hutan, mensyaratkan perlunya tindakan konservasi tanah dan menghindari
daerah berlereng khususnya untuk tanaman pangan, selain perlunya meningkatkan
kesuburan tanah melalui pemupukan. Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi
lahan pertanian, selain meningkatkan proses mineralisasi bahan organik, juga
memutus siklus biologi yang berpengaruh terhadap menurunnya kesuburan tanah
(Suharta dan
B.H. Prasetyo, 2008).
E.
Analisis Lengas Tanah
Tanah, berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 150 tahun 2000 tentang pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi biomassa, didefinisikan sebagai bagian komponen
lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan
bahan organik, mempunyai sifat fisik, kimia, biologi dan mempunyai kemampuan
menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di dalam tanah
terkandung mineral, bahan organik dan pori-pori yang berisi udara dan air
(Sutopo, 2008).
Kecukupan air bagi tanaman tergantung pada ketersediaan air
di mintakat perakaran dan permeabilitas tanah. Ketersediaan air total pada
tanah dengan pengaturan baik sama dengan kendungan lengas tanah pada kapasitas
lapangan (KL) dikurangi kandungan lengas pada titik layu (TL) dikalikan tebal
perakaran. Tanah bertekstur lempung berat mempunyai lengas kapasitas lapangan
dapat menyediakan air untuk tanaman lebih besar daripada tanah pasiran karena
mengandung air yang tidak tersedia (Rachman sutanto, 2009).
Kandungan energi atau energi bebas air tanah juga dinyatakan
sebagai potensi air. Potensi air mempunyai tiga komponen atau subpotensi.
Komponen atau potensi gravitasi penting dalam tanah jenuh dan ditunjukkan oleh
kecenderungan air untuk mengalir ke elevasi yang lebih rendah. Potensi matriks
adalah hasil tenaga adhesi dan kohesi yang berhubungan dengan jaringan partikel
tanah atau matriks tanah. Potensi ini dinyatakan sehubungan dengan air murni,
jadi sementara tanah mengering dan kandungan energi air menurun, potensi
matriks menurun (Henry D.Foth, 1994).
Klasifikasi lengas tanah
antara lain air penyusun dan air antar lapis yang memiliki pF lebih dari 7,0;
air penyusun higroskopis yang mempunyai pF antara 7,0-4,5; air kapiler yang
mempunyai pF antara 4,5-2,5; air gravitasi yang mempunyai pF antara 2,5-0,0;
dan yang terakhir adalah air bumi atau ground water yang bebas tegangan
(Anonim, 2010).
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan
air(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar
lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume. Berkaitan dengan
istilah air dalam tanah, secara umum dikenal 3 jenis, yaitu (a) lengas tanah (soil
moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan cairan; (b) air
tanah(soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah, sampai lapisan kedap
air, (c) air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air tanah kontinu yang
berada ditanah bagian dalam (Handayani, 2009).
F.
Analisis pH Tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas
tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion
H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. D dalam tanah
selain H+ dan ion –ion lain
ditemukan pula ion OH- , yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih
tinggi daripada OH-, sedang pada alkalis kandungan OH-
lenbih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi
netral yaitu pH = 7 (Sarwono hardjowigeno, 2007).
Untuk mendapat stuktur tanah yang baik maka harus ada kadar
kapur yang cukup di dalam tanah. Keadaan tanah ini dapat dicapai jika ion Ca
menduduki 80% dari semua kation yang diikat komplek liat. Keadaan kapur yang
baik adalah merupakan syarat yang penting untuk membentuk struktur tanah. Pada
tanah liat yang telah kehilangan banyak kapur atau ditambah lumpur yang
kekurangan kapur akan menyebabkan pH menjadi turun, karena berubah menjadi
masam (Soepardi, 1979).
Ada beberapa faktor lainnya yang berpengaruh pada pH tanah.
Belerang adalah produk sampingan pada gas industri dan kadang-kadang
bertanggung jawab terhadap keasaman tanah pada tanah disekitarnya sebagai
akibat terbentuknya asam sulfat. Beberapa tanah yang tidak mengandungbesi
sulfida dalam jumlah yang berarti juga mengandung asam sulfat dalam jumlah yang
berarti. Di dalam air hujan juga terdapat sedikit asam nitrat, tetapi tampaknya
pengaruhnya tidak berarti (Henry D.Foth, 1994).
Ion-ion H+ yang
dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial
yang dapat ditentukan dengan titrasi tanah. Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif diukur dan
dinyatakan sebagai pH tanah. Tipe kemasaman inilah yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman (Anonim, 2010).
Reaksi tanah menunjukkan keasaman dan kebasaan tanah dan
dinyatakan sebagai pH. Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion
hidrogen yang beredar di dalam tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen (H+
) di dalam tanah tinggi maka tanah disebut asam Sebaliknya, bila kepekatan ion
hidrogen terlalu rendah maka tanali disebut basa. Pada kondisi ini kadar kation
OH‑ lebih tinggi dari H+. Reaksi tanah dibedakan menjadi
kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang
diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi
tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap
oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalarn larutan. Tanah masam karena kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion
AL3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+.
Di daerah rawa‑rawa atau tanah gambut, tanah masam umumnya disebabkan oleh
kandungan asam sulfat yang tinggi. Pengapuran
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang bereaksi asam atau basa.
(Nina Yulianti, 2006).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2010. Pengertian tanah. http://www.wikipedia.org. Diakses
pada hari Kamis, tanggal 17 November
2011 pukul 15.00 WIB.
Anonim. 2010. Struktur Kimia Tanah. http://www.wikipedia.org. Diakses
pada hari Kamis, tanggal 17 November
2011 pukul 16.00 WIB.
Anonim. 2010. Klasifikasi Lengas Tanah. http://www.wikipedia.org. Diakses
pada hari Kamis, tanggal 17 November
2011 pukul 16.30 WIB.
Anonim. 2010. Kadar pH Tanah. http://www.wikipedia.org. Diakses
pada hari Jumat, tanggal 18 November
2011 pukul 15.00 WIB.
Anonim. 2010. Profil Tanah. http://wahyuaskari.wordpress.com. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 19 November 2011
pukul 14.00 WIB.
Anonim. 2010. Sifat-sifat Fisika Tanah. http://abuumarfauzy.wordpress.com. Diakses pada hari Sabtu, tanggal 19 November 2011
pukul 15.00 WIB.
Darmawijaya. 1990. Klasifikasi Tanah . UGM Press.
Yogyakarta.
Foth, Henry D. 1994. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. UGM Press.
Yogyakarta.
Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jurusan
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Hardjowigeno, Sawono.2007. Ilmu Tanah .
Pedogenesis Presindo. Jakarta.
Nina Yulianti. 2006. Jurnal Reaksi Tanah (pH).
Sanchez, 1992. Sifat
dan Pengelolaan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Soepardi, G. 1979. Sifat dan
Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah IPB. Bogor.
Suharta dan B.H. Prasetyo. 2008. Jurnal Tanah dan Iklim. No 28.
Suprayogo. 2001. Degradasi sifat fisisk tanah sebagai akibat alih guna lahan hutan
menjadi sistem kopi momokultur: kajian perubahan makro porositas tanah.
Jurnal Penelitian Pertanian Universitas Brawijaya. 60-68
Sutanto, rachman. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Sutopo. 2008. Pedoman
Praktis Identifikasi Tanah. UNS Press. Surakarta